Review Film Anti-Mainstream “The Platform” (2019)

Review Film The Platform 2019

Dalam dunia perfilman, kita sering disuguhkan kisah-kisah klise yang mudah ditebak, dengan alur linear dan karakter hitam-putih. Namun, “The Platform” (El Hoyo) muncul sebagai genre anti-mainstream yang mencabik kenyamanan itu. Film asal Spanyol karya Galder Gaztelu-Urrutia ini bukan hanya memberi sensasi thriller yang mencekam, tapi juga menghadirkan alegori sosial yang bikin kita mikir keras sepanjang film—dan bahkan jauh setelah filmnya usai.

Bayangkan sebuah penjara vertikal dengan ratusan lantai, di mana satu meja makan berisi makanan lezat diturunkan dari lantai atas ke bawah setiap harinya. Mereka yang berada di atas makan dengan rakus, sementara yang di bawah harus rela dengan sisa, atau bahkan tidak dapat apa-apa. Konsep sederhana ini dikembangkan menjadi cerita yang suram, brutal, dan penuh simbolisme.

Bagi kamu pencinta film yang tak biasa, gudangfilm21.id bisa jadi tempat asyik buat mulai mencari film semacam ini. Di sana, kamu bisa menemukan film-film yang jarang tayang di bioskop lokal, tapi memiliki nilai seni dan pesan yang mendalam seperti The Platform.


Plot yang Menggigit & Bikin Tak Nyaman

Goreng, sang tokoh utama, secara sukarela masuk ke dalam struktur vertikal misterius bernama “The Hole” untuk mendapatkan sertifikat. Tapi ia segera menyadari bahwa tempat itu jauh dari kata rasional. Setiap hari, satu platform makanan akan turun ke tiap level selama dua menit. Level mereka akan berubah setiap bulan secara acak. Kalau beruntung, bisa dapat lantai atas dan makan kenyang. Tapi kalau apes? Lapar adalah musuh terbesar.

Alur cerita berlangsung cepat tapi tetap meninggalkan banyak ruang untuk perenungan. Tak seperti film aksi Hollywood yang membombardir dengan ledakan, The Platform bermain dengan kesunyian, absurditas, dan keputusasaan yang menusuk psikologis penonton. Penonton diajak bertanya-tanya: Jika aku ada di lantai 100, apa yang akan kulakukan?


Akting dan Penyutradaraan yang Apik

Iván Massagué tampil luar biasa sebagai Goreng. Ia berhasil menunjukkan transformasi karakter dari orang idealis menjadi survivor brutal dengan sangat meyakinkan. Chemistry-nya dengan tokoh lain seperti Trimagasi dan Baharat juga memberi warna yang kompleks dalam cerita yang serba gelap ini.

Sementara itu, penyutradaraan Galder Gaztelu-Urrutia patut diacungi jempol. Ia mampu menjaga ketegangan tanpa harus menggunakan banyak lokasi atau efek visual mencolok. Dengan hanya satu set tempat (ruang kotak berlapis), film ini sukses membangun atmosfer claustrophobic dan tak nyaman yang justru jadi nilai jual utamanya.


Simbolisme & Kritik Sosial yang Menampar

Yang paling bikin The Platform begitu menarik adalah kritik sosialnya yang tajam dan penuh metafora. Setiap lantai melambangkan kelas sosial. Lantai atas adalah kaum elite yang rakus dan egois. Lantai bawah? Kaum marjinal yang menderita akibat ketidakadilan sistemik.

Film ini tak menyodorkan solusi, tapi membuka ruang untuk berpikir dan bertanya. Apakah sistem yang kita jalani saat ini lebih baik? Bagaimana kita menyikapi privilese kita? Apakah solidaritas mungkin terjadi ketika perut kosong?


Apa yang Bikin Film Ini Layak Ditonton?

Berikut beberapa alasan kenapa kamu wajib nonton The Platform:

  • Konsep Unik & Anti-Mainstream
    Tidak banyak film yang berani mengangkat tema seberani ini dengan pendekatan minimalis namun berdampak maksimal.

  • Durasi Pas, Tanpa Basa-Basi
    Hanya sekitar 1 jam 30 menit, tapi penuh isi dan kejutan yang membuatmu terpaku di kursi.

  • Penuh Twist & Emosi
    Setiap peristiwa di film ini membuat penonton bertanya-tanya: “Apa yang akan terjadi selanjutnya?”

  • Makna Mendalam, Bisa Ditafsirkan Berlapis-Lapis
    Bukan sekadar tontonan, tapi juga tantangan intelektual dan emosional.


Kekurangan Film The Platform

Adegan di Film The Platform
Salah satu adegan di Film The Platform

Tak lengkap rasanya jika ulasan ini hanya berisi pujian. Berikut beberapa hal yang bisa jadi kekurangan bagi sebagian penonton:

  • Visual Kekerasan yang Ekstrem
    Beberapa adegan cukup disturbing, jadi mungkin bukan untuk semua orang.

  • Ending yang Terbuka
    Beberapa penonton mungkin merasa frustrasi karena film ini tidak memberikan kesimpulan yang gamblang.

  • Minim Latar Belakang Karakter
    Penonton tak diberi banyak informasi tentang asal-usul para karakter, membuat koneksi emosional agak terbatas.

Berikut 7 fakta menarik tentang film “The Platform” (El Hoyo) yang bikin kamu makin paham dan kagum dengan film bergenre anti-mainstream ini:


1. Judul Asli Film Ini adalah “El Hoyo”

Film ini berasal dari Spanyol dan berjudul asli “El Hoyo” yang berarti “Lubang”. Judul internasionalnya diubah menjadi “The Platform” agar lebih relevan dengan konsep cerita, yaitu platform makanan yang turun dari lantai ke lantai.


2. Hanya Ada Satu Set Lokasi!

Meski terlihat seolah-olah memiliki ratusan lantai berbeda, sebenarnya hanya ada satu set ruang yang digunakan. Tim produksi memanfaatkan teknik pencahayaan dan pengambilan gambar dari berbagai sudut untuk menciptakan ilusi adanya banyak lantai.

Hemat biaya, tapi hasilnya tetap maksimal! 😲


3. Dibuat Hanya dengan Budget Minim

Biaya produksi film ini sangat rendah dibandingkan film-film sejenis, hanya sekitar $1 juta saja. Tapi hasilnya? Luar biasa mengesankan dan bahkan mampu mencuri perhatian dunia.


4. Kritik Sosial Terselubung

Film ini sebenarnya adalah alegori keras tentang ketimpangan sosial dan kapitalisme. Tiap lantai melambangkan kelas sosial, sementara sistem “platform makanan” menggambarkan ketidakadilan distribusi sumber daya.

Makannya jangan nonton doang, renungi juga maknanya, ya!


5. Akhir Film yang Kontroversial

Banyak penonton dibuat bingung atau bahkan kesal dengan ending-nya. Sutradara sengaja membiarkan ending-nya terbuka agar penonton bisa menafsirkannya sendiri.

Apakah itu bentuk harapan? Atau kritik terhadap sistem yang tidak pernah berubah?


6. Sempat Jadi Juara di Festival Film

Film ini memenangkan People’s Choice Award untuk kategori Midnight Madness di Toronto International Film Festival (TIFF) tahun 2019. Ini menandakan respons penonton sangat positif, terutama terhadap orisinalitas dan pesan sosial yang dibawanya.


7. Masuk Top 10 Netflix di Banyak Negara

Setelah rilis di Netflix, The Platform langsung mencuri perhatian global dan masuk top 10 film terpopuler di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Indonesia.


Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)

Q: Apakah The Platform cocok untuk ditonton keluarga?
A: Tidak. Film ini mengandung kekerasan, bahasa kasar, dan tema dewasa. Lebih cocok untuk penonton dewasa yang menyukai drama distopia.

Q: Dimana saya bisa menonton film ini?
A: Film ini tersedia di beberapa platform streaming legal dan juga dapat dicari di situs film seperti gudangfilm21.id.

Q: Apakah film ini memiliki sekuel?
A: Hingga saat artikel ini ditulis, belum ada kabar resmi tentang sekuel.


Kesimpulan: Layak Masuk Watchlist? 100% IYA!

The Platform adalah film distopia psikologis yang tidak hanya menyajikan ketegangan, tapi juga membuka mata kita terhadap realitas sosial. Dengan balutan genre anti-mainstream, film ini sukses menggugah pikiran, mengaduk-aduk emosi, dan membuat kita merenung panjang setelah credit title bergulir.

Kalau kamu bosan dengan film yang itu-itu saja dan ingin sesuatu yang menggigit dan beda, maka The Platform wajib masuk dalam daftar tontonanmu minggu ini.

Scroll to Top